Libasnews.id, Jakarta – Presiden Joko Widodo meresmikan smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Provinsi Jawa Timur, Senin (22/8/24) sore.
Peresmian itu menandai tonggak penting dalam industri pertambangan nasional. Presiden Jokowi mengungkapkan tantangan berat yang dihadapinya selama 10 tahun menjabat, terutama dalam meyakinkan perusahaan-perusahaan pertambangan untuk berinvestasi dalam pembangunan smelter.
“Saya ingat, pekerjaan yang berat dan melelahkan selama saya menjabat sebagai Presiden selama 10 tahun ini adalah mengajak perusahaan pertambangan untuk membangun smelter, pekerjaan sangat berat,” ungkap Presiden Jokowi, Senin (22/9/24).
Negosiasi itu dilakukan Presiden Jokowi kepada Chairman Of The Board PT Freeport Richard Adkerson yang berlangsung sejak 2017. Negosiasi sempat berlangsung alot dikarenakan dana investasi perusahaan yang dibutuhkan untuk membangun instalasi smelter yang relatif besar, yakni berkisar Rp56 triliun.
Ia mengatakan, pentingnya kalkulasi yang matang dari pihak perusahaan terkait keuntungan membangun smelter ini. “Sehingga saya sadar, memang perusahaan harus mengkalkulasi, perusahaan harus hitung, apa keuntungan membangun smelter sebesar ini,” ujar Presiden Jokowi.
Setelah persiapan lahan yang selesai pada 2018, Presiden Jokowi melakukan ground breaking untuk memulai konstruksi pabrik. “Setelah 30 bulan, alhamdulillah hari ini kita bisa meresmikan pabrik ini,” ujar Presiden Jokowi.
Pabrik smelter PT Freeport Indonesia di Gresik merupakan bagian dari pendukung program hilirisasi industri sumber daya mineral di Indonesia.Berdasarkan izin usaha pertambangan khusus, operasional smelter kedua yang dimiliki PT Freeport Indonesia ini menjadikan sumber daya mineral dapat dikelola sepenuhnya dari hulu hingga hilir di dalam negeri.
Smelter ini merupakan fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia. Smelter dilengkapi dengan fasilitas utama berupa pabrik peleburan dan pemurnian tembaga dengan unit pemurnian logam mulia serta berbagai fasilitas pendukung.
Fasilitas pendukung berupa pelabuhan, gudang konsentrat, slag treatment, steam dryer, pabrik oksigen, pengolahan asam sulfat, desalinasi, instalasi pengolahan air limbah dan air permukaan.**
Sumber: Humas Mabes Polri